Senin, 09 Juni 2014

hasil penelitian antropologi arstektur: simbol dan makna candi ngetos

Makalah Kelompok Antropologi Arsitektur
Simbol Dan Makna Candi Ngetos
Di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur


Disusun oleh:
Wahono eko p



Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas airlangga
2014




Kata Pengantar


Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami selaku kelompok dalam mata kuliah Antropologi Arsitektur dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Simbol Dan Makna Candi Ngetos Di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur” ini secara baik dan lancar.
Yang ke dua tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Setiawan selaku dosen mata kuliah Antropologi Arsitektur, karena atas bimbingan beliau selama ini mka kami mendapatkan berbagai ilmu yang sangat bermanfaat  guna menyelesaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Aziz selaku narasumber dalam pencarian data untuk laporan ini Tak lupa kami mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman yang telah memberikan semangat, saran dan dukungan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya .
Laporan ini ditulis dan disusun dari hasil penyusunan data-data yang kami peroleh dari hasil penelitian di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 16-17 Mei 2014. Kami sangat mengharapkan, laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Laporan ini kami rasa masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk lebih menyempurnakan makalah kami ini.



                                                                                      Tim Penulis








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Candi ngetos adalah salah satu situs bersajarah yang berada di wilayah Jawa Timur. Situs ini berada di bagian selatan Kota Nganjuk, tepatnya di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Meskipun tidak begitu terkenal dibandingkan candi-candi lain, namun candi Ngetos memiliki cerita tersendiri yang membuatnya menarik untuk dipelajari. Dalam sejarahnya, candi ngetos sangat  erat kaitannya dengan dua kerajaan yang ada di Jawa Timur. Kerajaan-kerajaan itu adalah kerajaan Ngatas Angin dan kerajaan Majapahit. Dipercaya juga, bahwa candi ngetos adalah tempat dalam menaruh abu dari raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk. Oleh karena keunikan sejarah dan bentuk bangunannya, maka kami berusaha untuk menguak secara mendalam keberadaan candi Ngetos, baik dari segi sejarah serta dari segi arsitektur bangunannya.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa sejarah yang ada dalam candi Ngetos?
b.      Apa saja unsur-unsur serta makna yang unik dalam arstitektur candi Ngetos?
c.       Bagaimana eksistensi bangunan candi Ngetos dengan pengembangan pariwisata?

1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui segala hal yang terkandung dalam candi Ngetos, guna mengetahui secara mendalam mulai dari sejarahnya, makna dalam arsitektur bangunan serta eksistensi bangunannya dalam hal pariwisata.

1.4  Kerangka Pemikiran/Telaah Pustaka
Kerangka penelitian dalam makalah yang berjudul “Simbol Dan Makna Candi Ngetos Di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur“, penelitian ini menggunakan teori simbolik interpretatif dari Clifford Geertz, bahwa kebudayaan mengandung pemahaman makna dari ekspresi kebudayaan yang merupakan keseluruhan pengetahuan manusia yang dijadikan sebagai pedoman atau penginterpretasi keseluruhan tindakan manusia. Dengan demikian perilaku yang ditampilkan manusia selalu mengandung simbol tertentu. Kebudayaan menurut Clifford Geertz merupakan sistem simbol sebuah masyarakat yang sesungguhnya menunjukkan sistem makna. Dalam teori simbolik interpretatif, untuk dapat menerjemahkan sistem pengetahuan ke sistem nilai atau sebaliknya munculah sistem simbol yang dapat menjadi perantara antara keduanya. Titik pertemuan dua sistem tersebut dengan perantara simbol disebut sistem makna. Bentuk primer dari simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi manusia juga berkomunikasi dengan menggunakan tanda dan simbol dalam lukisan, tarian, musik, arsitektur, mimik wajah, gerak-gerik, postur tubuh, perhiasan, pakaian, ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata ruang pemilikan barang, serta dalam penelitian yang dibahas makalah ini adalah melalui bentuk arsitektur bangunan yang ada di candi Ngetos.
Arsitektur dari bangunan candi Ngetos memiliki makna dari bagian-bagian bangunannya. Selain orang yang sering ziarah, juga ada orang luar yang tetarik untuk menyaksikan salah satu situs sejarah peninggalan dari kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia tersebut. Teori simbolik interpretatif melihat makna dari.bentuk bangunan, bahan bangunan hingga tata letak bangunan candi ngetos, dimana dengan mengkaji beberapa hal tersebut maka akan diperoleh hasil penelitian yang akurat menenai candi ngetos.

1.5  Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam beberapa narasumber serta melakukan pengamatan langsung di lapangan komplek wisata Candi Ngetos. Metode kualitatif digunakan dengan mempertimbangkan kesesuaian obyek yang diteliti serta studi ilmu yang bersangkutan bahwasanya semua dilakukan demi mengekspos makna dari bentuk arsitektur di komplek wisata Candi Ngetos.
Metode kualitatif merupakan sebuah metode yang menerangkan secara eksposisi sebuah fokus penelitian seperti halnya makna dari arsitektur yang ada di komplek wisata Candi Ngetos. Selain kami menggunakan metode wawancara pada beberapa narasumber, kami juga melakukan diskripsi analisis dari berbagai studi literatur yang telah ada, untuk memperoleh data yang mendekati akurat terhadap objek yang telah di kaji.

1.5.1    Teknik Penentuan Informan
Dalam upaya pendalaman materi pemilihan informan menjadi sesuatu yang sangat penting mengingat melalui para informanlah asal mula data diperoleh dan dikembangkan dalam proses selanjutnya. Subyek pada penelitian ini ialah informan, dimana dari informan data akan diperoleh selama proses penelitian berlangsung.
Informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja dengan syarat bahwa yang dipiih sebagai informan ialah orang yang mengetahui tentang obyek penelitian mengenai makna arsitektur di komplek wisata Candi Ngetos. Dimana dalam penentuan narasumber, kami menggunakan cara random. Sehingga kami tidak selalu terpaku pada pendapat yang hanya di ketahui orang tertentu saja, namun dengan random tersebut maka kami lebih mendapatkan informasi yang lebih variatif.

1.5.2    Strategi Pengumpulan Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:
1.        Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Dalam penelitian ini, data primer diambil dengan melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa narasumber yang mengetahui informasi tentang penelitian kami yang membahas simbol dan makna pada bangunan candi Ngetos.
2.      Data Sekunder
Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari penelitian kami diperoleh dengan melalui studi kepustakaan yang diambil dari beberapa buku yang mendukung penelitian kami yang membahas simbol dan makna pada bangunan candi Ngetos.

1.5.3    Autobiografi Kabupaten Nganjuk
Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa TimurIndonesia dengan ibukotanya di Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin. Secara geografis Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105' sampai dengan 112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:
Tanah sawah 43.052.5 Ha
Tanah kering 32.373.6 Ha
Tanah hutan 47.007.0 Ha
           Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.
          
BAB II
PEMBAHASAN

Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad XV (kelima belas) yaitu pada zaman kerajaan (Majapahit). Dan menurut perkiraan, candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang, sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.
Berdasarkan arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu, dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan agama yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), namun bentuk keduanya sama. N.J. Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok yang berbentuk cincin.
Bangunan utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang candi (9,1 m)
Tinggi Badan (5,43 m)
Tinggi keseluruhan (10 m)
Saubasemen (3,25 m)
Besar Tangga Luar (3,75 m)
Lebar Pintu Masuk (0,65 m)
Tinggi Undakan menuju Ruang Candi (2,47 m)
Ruang Dalam (2,4 m).


A.Sejarah Candi Ngetos
Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak. Cand ngetos dibangun atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di sana karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya diserahkan pada pamannya Raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo yang kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwoto. Raja ini mempunyai seorang patih bernama Raden Bagus Condrogeni yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km dari bangunan candi.
Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.

B.Unsur-Unsur Dan Makna Dalam Candi Ngetos
Bahan Candi
Bahan adalah kunci dalam pembangunan suatu candi, dari bahan pula kita dapat menentukan seberapa kuat bangunan candi dapat berdiri kokoh. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang saya lakukan di candi Ngetos, dapat saya ketahui bahan-bahan yang digunakan dalam mendirikan candi Ngetos. Bahan-bahan itu antara lain:
a.       Batu bata
Batu bata adalah bahan yang dominan dalam bangunan dari bagian badan candi, seperti yang kita ketahui bahwa batu bata merah adalah bahan yang umum kita temukan dalam bangunan-bangunan candi yang ada di Jawa Timur
b.      Batuan alam
Batuan alam adalah salah satu jenis batuan yang dapat kita temui di bangunan candi Ngetos, khususnya pada bagian arca candi. Arca berupa batu yang dapat kita temui adalah arca Siwa dan arca Wisnu, karena pada dasarnya agama Siwa-Wisnu adalah agama yang menjadi kepercayaan Majapahit pada masa itu. Batuan alam yang digunakan membuat arca tersebut adalah batuan andesit.
c.       Perekat
Perekat dalam hal ini adalah seperti halnya semen pada jaman sekarang, karena dipercaya pada jaman dahulu tidak ada semen maka bahan perekat alami yang dipakai. Dari beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa dalam pembangunan candi, batu bata tersebut di berikan putih telur agar dapat menempel. Selain itu ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa dalam pembangunannya, batu bata direkatkan menggunakan tanah liat yang dicampuri kotoran lembu guna memperkuat bangunan candi.

Relief
Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng yang terbagi dalam jendela-jendela kecil berhiaskan belah ketupat yang bagian tepinya tidak rata. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedangkan tepi bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.
Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih seksama, ternyata suatu bentuk spiral horisontal, melingkari tubuh candi bagian atas. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan yang menarik adalah motif kala yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala adalah bentuk wajah dari raksasa yang pada umumnya di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian. Kala pada candi ngetos sudah banyak yang rusak, hanya masih menyisakan bagian yang utuh dan terletak disebelah selatan. Wajah dari kala dibuat menakutkan, karena menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, dimana pada motif Jawa Timur lebih realistis sedangkan pada Jawa Tengah lebih distilir atau disamarkan dan tidak menggunakan dagu.

 Arca Candi
Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaya, bahwa di dalam candi ini terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah mengatakan bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu yang kemudian disimpan di Kediri, sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat di Simping, Sumberjati yang berciri Wisnu.

Ciri Khas Candi Ngetos Di Banding Candi Khas Jawa Tengah
1.    Untuk candi Jawa Timur seperti candi Ngetos reliefnya lebih sifatnya dekoratif atau 2D, sedangkan candi Jawa Tengah reliefnya lebih naturalis atau 3D.
2.      Candi Jawa Tengah arah hadapnya ke timur, sedangkan candi Jawa Timur arah hadapnya ke barat.
3.      Jawa Tengah menggunakan batuan andesit, sedangkan pada candi di Jawa Timur menggunakan bata merah.
4.      Di Jawa Tengah candi induknya berada di tengah, di Jawa Timur candi induknya di belakang.
5.      Di Jawa Tengah teras candinya lebih panjang, sedangkan di Jawa Timur teras candinya pendek dan bahkan tidak ada.
6.      Hiasan kalawangkara untuk Jawa Tengah lebih distilir disamarkan dan tidak menggunakan dagu), sedangkan pada candi Jawa Timur wajah kala lebih realistis.

Fungsi Dari Candi Ngetos:
1.      Untuk menyimpan jenazah atau abu dari orang yang dianggap suci atau berkuasa. Dalam hal ini adalah untuk menyimpan abu dari raja Hayam Wuruk.
2.      Penyimpanan benda-benda suci. Dimana dalam kegunaan sebagai penyimpanan benda suci, candi Ngetos menyimpan arca-arca yang diantaranya arca Siwa dan Wisnu.
3.      Sebagai tanda peringatan dari tempat terjadinya peristiwa penting. Dimana dalam pendiriannya, candi Ngetos merupakan bangunan yang digunakan untuk menandai pernikahan raja Hayam Wuruk dengan putri dari kerajaan Ngatas Angin.
4.      Sebagai lambang suci agama Siwa-Wisnu.

C.Eksistensi Candi Ngetos Dalam Hal Pariwisata
Dalam kesehariannya, candi Ngetos termasuk objek wisata yang kurang diminati oleh pengunjung sebagai tujuan wisata mereka. Alasannya, selain letaknya yang ada di daerah yang tinggi(daerah pegunungan) juga karena kurangnya perawatan serta lahan yang kurang. Sebab candi Ngetos berada tepat di samping jalan umum dan dikelilingi oleh perumahan warga. Sehingga perlu peran pemerintah daerah setempat guna merawat dan menjaga situs bersejarah tersebut, agar keunikan dari bangunannya serta sejarahnya tidak punah ditelan oleh jaman

Rujukan
·         Hasil pembelajaran mata kuliah KKII
·         Hasil wawancara pada bapak Azis


2 komentar:

  1. pak azis itu siapa,dan orang mana,kerja dimana.padahal q orang dekat dengan candi ngetos dan sebagai perawat candi,masak gak tau q.

    BalasHapus
  2. Saran saya kalo karya ilmiah. 90% hrs berdasarkan data dan fakta sejarah. Berdasarkan penelitian yg terpercaya. Ini sy baca90% isinya cerita rakyat. Yg sumber sejarah hanya kata kata nya. Cerita rakyat yg sangat diragukan kebenaran nya. Candi ngatos sejauh ini hanya asumsi bahwa itu pendarmaan HW. tidak ada sumber sejarah yg menulis ttg candi ngatos.

    BalasHapus