Makalah Kelompok Antropologi
Arsitektur
Simbol Dan Makna Candi Ngetos
Di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur

Disusun oleh:
Wahono eko p
Fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik
Universitas airlangga
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
selaku kelompok dalam mata kuliah Antropologi Arsitektur dapat menyelesaikan
laporan ini dengan judul “Simbol Dan Makna Candi Ngetos Di Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur” ini secara baik dan lancar.
Yang ke
dua tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Setiawan selaku
dosen mata kuliah Antropologi Arsitektur, karena atas
bimbingan beliau selama ini mka kami mendapatkan berbagai ilmu yang sangat bermanfaat guna menyelesaikan laporan ini. Kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Aziz selaku narasumber dalam pencarian data untuk
laporan ini Tak lupa kami mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman yang
telah memberikan semangat, saran dan dukungan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya .
Laporan ini ditulis dan disusun
dari hasil penyusunan data-data yang kami peroleh dari hasil penelitian di Desa Ngetos,
Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada
tanggal 16-17 Mei 2014. Kami sangat mengharapkan, laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Laporan ini kami rasa masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
untuk lebih menyempurnakan makalah kami ini.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Candi ngetos adalah salah
satu situs bersajarah yang berada di wilayah Jawa Timur. Situs ini berada di bagian
selatan Kota Nganjuk, tepatnya di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Meskipun tidak begitu terkenal dibandingkan candi-candi lain, namun candi Ngetos
memiliki cerita tersendiri yang membuatnya menarik untuk dipelajari. Dalam
sejarahnya, candi ngetos sangat erat
kaitannya dengan dua kerajaan yang ada di Jawa Timur. Kerajaan-kerajaan itu
adalah kerajaan Ngatas Angin dan kerajaan Majapahit. Dipercaya juga, bahwa candi
ngetos adalah tempat dalam menaruh abu dari raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk.
Oleh karena keunikan sejarah dan bentuk bangunannya, maka kami berusaha untuk
menguak secara mendalam keberadaan candi Ngetos, baik dari segi sejarah serta
dari segi arsitektur bangunannya.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa sejarah yang ada dalam candi Ngetos?
b.
Apa saja unsur-unsur serta makna yang unik
dalam arstitektur candi Ngetos?
c.
Bagaimana eksistensi bangunan candi Ngetos
dengan pengembangan pariwisata?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui segala hal yang terkandung dalam candi Ngetos, guna mengetahui
secara mendalam mulai dari sejarahnya, makna dalam arsitektur bangunan serta
eksistensi bangunannya dalam hal pariwisata.
1.4 Kerangka Pemikiran/Telaah Pustaka
Kerangka penelitian dalam makalah yang berjudul
“Simbol Dan Makna Candi Ngetos Di Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur“, penelitian ini menggunakan teori simbolik interpretatif
dari Clifford Geertz, bahwa kebudayaan mengandung pemahaman makna dari ekspresi
kebudayaan yang merupakan keseluruhan pengetahuan manusia yang dijadikan
sebagai pedoman atau penginterpretasi keseluruhan tindakan manusia. Dengan
demikian perilaku yang ditampilkan manusia selalu mengandung simbol tertentu.
Kebudayaan menurut Clifford Geertz merupakan sistem simbol sebuah masyarakat
yang sesungguhnya menunjukkan sistem makna. Dalam teori simbolik interpretatif,
untuk dapat menerjemahkan sistem pengetahuan ke sistem nilai atau sebaliknya
munculah sistem simbol yang dapat menjadi perantara antara keduanya. Titik
pertemuan dua sistem tersebut dengan perantara simbol disebut sistem makna.
Bentuk primer dari simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi
manusia juga berkomunikasi dengan menggunakan tanda dan simbol dalam lukisan,
tarian, musik, arsitektur, mimik wajah, gerak-gerik, postur tubuh, perhiasan,
pakaian, ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata ruang pemilikan barang,
serta dalam penelitian yang dibahas makalah ini adalah melalui bentuk arsitektur
bangunan yang ada di candi Ngetos.
Arsitektur dari bangunan candi Ngetos memiliki
makna dari bagian-bagian bangunannya. Selain orang yang sering ziarah, juga ada
orang luar yang tetarik untuk menyaksikan salah satu situs sejarah peninggalan
dari kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia tersebut. Teori simbolik
interpretatif melihat makna dari.bentuk bangunan, bahan bangunan hingga tata
letak bangunan candi ngetos, dimana dengan mengkaji beberapa hal tersebut maka
akan diperoleh hasil penelitian yang akurat menenai candi ngetos.
1.5 Metode Penelitian
Metode
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam beberapa
narasumber serta melakukan pengamatan langsung di lapangan komplek wisata Candi
Ngetos. Metode kualitatif digunakan dengan mempertimbangkan kesesuaian obyek
yang diteliti serta studi ilmu yang bersangkutan bahwasanya semua dilakukan
demi mengekspos makna dari bentuk arsitektur di komplek wisata Candi Ngetos.
Metode kualitatif merupakan sebuah metode yang menerangkan secara
eksposisi sebuah fokus penelitian seperti halnya makna dari arsitektur yang ada
di komplek wisata Candi Ngetos. Selain kami menggunakan metode wawancara pada beberapa
narasumber, kami juga melakukan diskripsi analisis dari berbagai studi
literatur yang telah ada, untuk memperoleh data yang mendekati akurat terhadap
objek yang telah di kaji.
1.5.1
Teknik
Penentuan Informan
Dalam upaya pendalaman materi pemilihan informan menjadi sesuatu
yang sangat penting mengingat melalui para informanlah asal mula data diperoleh
dan dikembangkan dalam proses selanjutnya. Subyek pada penelitian ini ialah
informan, dimana dari informan data akan diperoleh selama proses penelitian
berlangsung.
Informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja dengan
syarat bahwa yang dipiih sebagai informan ialah orang yang mengetahui tentang
obyek penelitian mengenai makna arsitektur di komplek wisata Candi Ngetos. Dimana
dalam penentuan narasumber, kami menggunakan cara random. Sehingga kami tidak
selalu terpaku pada pendapat yang hanya di ketahui orang tertentu saja, namun
dengan random tersebut maka kami lebih mendapatkan informasi yang lebih
variatif.
1.5.2
Strategi
Pengumpulan Data
Menurut
Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana
data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:
1.
Data Primer
Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber atau informan yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.
Dalam penelitian ini, data primer diambil dengan melakukan observasi dan
wawancara dengan beberapa narasumber yang mengetahui informasi tentang
penelitian kami yang membahas simbol dan makna pada bangunan candi Ngetos.
2. Data
Sekunder
Data
sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari penelitian kami
diperoleh dengan melalui studi kepustakaan yang diambil dari beberapa buku yang
mendukung penelitian kami yang membahas simbol dan makna pada bangunan candi
Ngetos.
1.5.3
Autobiografi
Kabupaten Nganjuk
Kabupaten Nganjuk adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia dengan
ibukotanya di Nganjuk.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di
utara, Kabupaten Jombang di
timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di
selatan, serta Kabupaten
Madiun di barat. Nganjuk juga dikenal dengan
julukan Kota Angin. Secara geografis Kabupaten Nganjuk terletak antara
11105' sampai dengan 112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas
Kabupaten Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri
dari atas:
Tanah
sawah 43.052.5 Ha
Tanah
kering 32.373.6 Ha
Tanah
hutan 47.007.0 Ha
Dengan wilayah yang terletak di
dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk
memiliki kondisi dan struktur tanah
yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman,
baik tanaman pangan maupun
tanaman perkebunan sehingga sangat
menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian.
Kondisi dan struktur tanah yang
produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang
mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai
Brantas yang mampu mengairi sawah seluas
12.705 Ha.
BAB II
PEMBAHASAN
Candi
Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah
selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir
dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad
XV (kelima belas) yaitu pada zaman kerajaan (Majapahit). Dan menurut perkiraan,
candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk dari Majapahit.
Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang,
sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.
Berdasarkan
arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu, dapat
dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan agama
yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut
seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri
candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), namun bentuk keduanya
sama. N.J. Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi
oleh tembok yang berbentuk cincin.
Bangunan
utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak.
Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih
bisa dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang
candi (9,1 m)
Tinggi
Badan (5,43 m)
Tinggi
keseluruhan (10 m)
Saubasemen (3,25
m)
Besar
Tangga Luar (3,75 m)
Lebar
Pintu Masuk (0,65 m)
Tinggi
Undakan menuju Ruang Candi (2,47 m)
Ruang
Dalam (2,4 m).
A.Sejarah Candi Ngetos
Candi
Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak. Cand ngetos dibangun
atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat
penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di
sana karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap
Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya
diserahkan pada pamannya Raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo yang
kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwoto. Raja ini mempunyai seorang patih bernama
Raden Bagus Condrogeni yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas
Angin, kira-kira berjarak 15 km dari bangunan candi.
Diceritakan,
bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk
yang menjadi raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering mengunjungi
pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk
wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada
candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada
lagi.
Konon
ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama
(kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih
besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos
ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk.
Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat
berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi
Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang
menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan
di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
Selanjutnya
diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di
Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang
kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk
untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas
Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian
di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas
tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.
B.Unsur-Unsur Dan Makna Dalam
Candi Ngetos
Bahan Candi
Bahan
adalah kunci dalam pembangunan suatu candi, dari bahan pula kita dapat
menentukan seberapa kuat bangunan candi dapat berdiri kokoh. Dari hasil
pengamatan dan wawancara yang saya lakukan di candi Ngetos, dapat saya ketahui
bahan-bahan yang digunakan dalam mendirikan candi Ngetos. Bahan-bahan itu
antara lain:
a. Batu
bata
Batu bata adalah bahan yang dominan
dalam bangunan dari bagian badan candi, seperti yang kita ketahui bahwa batu
bata merah adalah bahan yang umum kita temukan dalam bangunan-bangunan candi
yang ada di Jawa Timur
b. Batuan
alam
Batuan alam adalah salah satu jenis
batuan yang dapat kita temui di bangunan candi Ngetos, khususnya pada bagian
arca candi. Arca berupa batu yang dapat kita temui adalah arca Siwa dan arca Wisnu,
karena pada dasarnya agama Siwa-Wisnu adalah agama yang menjadi kepercayaan Majapahit
pada masa itu. Batuan alam yang digunakan membuat arca tersebut adalah batuan
andesit.
c. Perekat
Perekat dalam hal ini adalah seperti
halnya semen pada jaman sekarang, karena dipercaya pada jaman dahulu tidak ada
semen maka bahan perekat alami yang dipakai. Dari beberapa sumber ada yang
mengatakan bahwa dalam pembangunan candi, batu bata tersebut di berikan putih
telur agar dapat menempel. Selain itu ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa
dalam pembangunannya, batu bata direkatkan menggunakan tanah liat yang
dicampuri kotoran lembu guna memperkuat bangunan candi.
Relief
Relief
pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang
tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak
ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng yang terbagi
dalam jendela-jendela kecil berhiaskan belah ketupat yang bagian tepinya tidak
rata. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedangkan
tepi bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.
Di
sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang di atasnya terdapat
ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih
seksama, ternyata suatu bentuk spiral horisontal, melingkari tubuh candi bagian
atas. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di
atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan yang menarik adalah
motif kala yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala adalah
bentuk wajah dari raksasa yang pada umumnya di Indonesia motif semacam ini
terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian. Kala pada candi ngetos sudah
banyak yang rusak, hanya masih menyisakan bagian yang utuh dan terletak
disebelah selatan. Wajah dari kala dibuat menakutkan, karena menggambarkan
bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai
penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian
di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, dimana pada motif Jawa Timur lebih
realistis sedangkan pada Jawa Tengah lebih distilir atau disamarkan dan tidak
menggunakan dagu.
Arca Candi
Di
Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut
penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaya, bahwa di dalam candi ini
terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat
dari kuningan. Krom pernah mengatakan bahwa di candi diketemukan sebuah arca
Wisnu yang kemudian disimpan di Kediri, sedangkan yang lain tidak diketahui
tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat
Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping.
Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara
yang terdapat di Simping, Sumberjati yang berciri Wisnu.
Ciri Khas Candi Ngetos
Di Banding Candi Khas Jawa Tengah
1. Untuk
candi Jawa Timur seperti candi Ngetos reliefnya lebih sifatnya dekoratif atau
2D, sedangkan candi Jawa Tengah reliefnya lebih naturalis atau 3D.
2. Candi
Jawa Tengah arah hadapnya ke timur, sedangkan candi Jawa Timur arah hadapnya ke
barat.
3. Jawa
Tengah menggunakan batuan andesit, sedangkan pada candi di Jawa Timur
menggunakan bata merah.
4. Di
Jawa Tengah candi induknya berada di tengah, di Jawa Timur candi induknya di
belakang.
5. Di
Jawa Tengah teras candinya lebih panjang, sedangkan di Jawa Timur teras
candinya pendek dan bahkan tidak ada.
6. Hiasan
kalawangkara untuk Jawa Tengah lebih distilir disamarkan dan tidak menggunakan
dagu), sedangkan pada candi Jawa Timur wajah kala lebih realistis.
Fungsi Dari Candi Ngetos:
1. Untuk
menyimpan jenazah atau abu dari orang yang dianggap suci atau berkuasa. Dalam hal
ini adalah untuk menyimpan abu dari raja Hayam Wuruk.
2. Penyimpanan
benda-benda suci. Dimana dalam kegunaan sebagai penyimpanan benda suci, candi Ngetos
menyimpan arca-arca yang diantaranya arca Siwa dan Wisnu.
3. Sebagai
tanda peringatan dari tempat terjadinya peristiwa penting. Dimana dalam
pendiriannya, candi Ngetos merupakan bangunan yang digunakan untuk menandai
pernikahan raja Hayam Wuruk dengan putri dari kerajaan Ngatas Angin.
4. Sebagai
lambang suci agama Siwa-Wisnu.
C.Eksistensi Candi
Ngetos Dalam Hal Pariwisata
Dalam
kesehariannya, candi Ngetos termasuk objek wisata yang kurang diminati oleh
pengunjung sebagai tujuan wisata mereka. Alasannya, selain letaknya yang ada di
daerah yang tinggi(daerah pegunungan) juga karena kurangnya perawatan serta lahan
yang kurang. Sebab candi Ngetos berada tepat di samping jalan umum dan
dikelilingi oleh perumahan warga. Sehingga perlu peran pemerintah daerah
setempat guna merawat dan menjaga situs bersejarah tersebut, agar keunikan dari
bangunannya serta sejarahnya tidak punah ditelan oleh jaman
Rujukan
·
Hasil pembelajaran mata kuliah KKII
·
Hasil wawancara pada bapak Azis
pak azis itu siapa,dan orang mana,kerja dimana.padahal q orang dekat dengan candi ngetos dan sebagai perawat candi,masak gak tau q.
BalasHapusSaran saya kalo karya ilmiah. 90% hrs berdasarkan data dan fakta sejarah. Berdasarkan penelitian yg terpercaya. Ini sy baca90% isinya cerita rakyat. Yg sumber sejarah hanya kata kata nya. Cerita rakyat yg sangat diragukan kebenaran nya. Candi ngatos sejauh ini hanya asumsi bahwa itu pendarmaan HW. tidak ada sumber sejarah yg menulis ttg candi ngatos.
BalasHapus