Minggu, 08 Juni 2014

tugas antropologi psikologi dan psikiatri: stress jalanan


STRESS JALANAN
           

            Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor,stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal.Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, faktor dijalanan dll ).
Pada pembahasan saya kali ini akan menekankan pada fenomena stress di daerah jalan atau lebih dikenal sebagai tress jalanan. Stress jalanan adalah sebuah fenomena stres yang dialami oleh pengguna jalan, dimana pengguna jalan tersebut merasakan emosi yang berlebihan terhadap segala bentuk faktor yang di anggap mengganggu perjalanannya. Peristiwa stress jalanan sering terjadi di kota-kota besar, hal tersebut biasa terjadi pada waktu-waktu khusus, seperti jam masuk dan pulang kerja. Waktu-waktu tersebut memang rawan akan stress, karena pada waktu tersebut seseorang sedang mengalami tekanan secara mental maupun fisik. Disebut stress jalanan di sebabkan tekanan mental alasannya adalah  pada jam masuk kerja seseorang akan dituntut datang tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karena telah ditentukan sebelumnya, maka apabila seseorang tersebut terlambat, tentunya akan berpengaruh pada prestasi kerjanya. Oleh karena itu, apabila seseorang merasa terlambat masuk kerja lalu ada halangan seperti macet, jalan rusak, banjir, saling serobot maupun faktor lainnya, maka orang tersebut akan merasa terganggu dan berusaha untuk melepaskan amarahnya atas gangguan tersebut. Di waktu yang berbeda, jam pulang kerja adalah jam yang paling membuat stres seseorang. Alasan dari jam pulang kerja sebagai penyebab stress jalanan adalah karena pada waktu tersebut seseorang secara mental dan fisiknya yang sudah lelah untuk bekerja dan harus istirahat dirumah, namun karena adanya gangguan dijalan maka orang tersebut akan lebih mudah terpancing emosi. Wujud stress jalanan misalnya saja dengan membunyikan klakson terus-terusan, memaki-maki pengguna jalan lain atau yang lebih parah yaitu memprofokasi pengendara lain agar ikut menyalahkan orang lain hingga berujung perkelahian, dll.
Landasan teori yang saya pakai dalam pembahasan mengenai stress jalanan adalah teori tentang adaptasi. Dimana dalam teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak negative bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan suatu lingkungan tertentu.
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.
2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedikitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan.
3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.

Berdasarkan teori adaptasi menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984), bahwa stress jalanan tergantung pada intensitas dalam kelompok. Apabila intensitas kelompok yang berkumpul pada suatu ruang(jalanan), maka akan semakin besar pula kemungkinan timbulnya stress. Oleh kerena itu, apabila keadaan jalanan semakin ramai dan semakin sesak oleh pengguna jalan maka semakin tinggi pula faktor gangguan yang menyebabkan stress. Dengan semakin tinggi stressor, maka akan banyak pula orang yang akan mengalami stress.
Pengalaman stress jalanan yang pernah saya alami adalah ketika saya ingin pulang ke tempat asal saya di Kota Nganjuk. Pada saat itu saya naik bus dari terminal Purabaya untuk menuju kota asal saya. Belum berapa lama perjalanan, tepatnya pada Daerah Kletek Kabupatan Sidoarjo, bus yang saya naiki terpaksa berhenti karena adanya macet. Setelah lebih dari 1 jam saya dan para penumpang mulai emosi dan mulai protes ke sopir dan kondektur. Tak lama kemudian bus segera melaju,meski teramat pelan namu akhirnya kami mengetahui sumber terjadinya kemacetan. Ternyata penyebab dari kemacetan itu adalah adanya kecelakaan yang menimpa truk bermuatan bawang putih yang terpaksa roboh karena menabrak pembatas jalan.
Dari pengalaman yang saya alami tersebut, saya dapat memahami suatu hal yang teramat penting dalam menangani stress jalana. Dimana dalam penyelesaia dari permasalahan tersebut saya menggunakan analisis teori dari Wohwill. Pertama, apabila kita mengetahui kalau intensitas kepadatan pada suatu ruang pada jalanan yang akan kita tempuh, maka sebaiknya kita memilih jalur alternatif agar terhindar dari kemacetan. Kedua, kita dituntut untuk beradaptasi agar selalu berpikiran positif dan tetap tenang. Karena dengan ketenangan dan pikiran yang positif maka kita akan menemukan jalan untuk menyelesaikan setiap permasalahan. Ketiga, berusaha untuk menciptakan pola yang baru dan menggantikan pola yang lama. Pola dalam hal ini adalah kebiasaan, dimana kebiasaan kita saat macet adalah ketidaktenangan yang dapat menimbulkan stress. Sebaiknya pola tersebut paling tidak sedikit kita rubah dengan sikap tenang, karena ketenangan adalah kunci dalam setiap permasalahan.Apabila pikiran kita kacau, maka kemungkinan besar kita akan kesulitan untuk menemukan penyelesaian permasalahan dan bahkan akan semakin memperparah permasalahan tersebut.

Rujukan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar