GEGER
TENGGER
Buku
yang berjudul “Geger Tengger” karya Robert
W. Hefner adalah karya etnografi dimana topik yang menjadi pusat bahasan pada
materi ini adalah mengenai perubahan baik masyarakat suku bangsa Tengger, baik dalam
bentuk perubahan sosial maupun ekonomi serta dampak dari perubahan tersebut
terhadap kehidupan mereka. Di dalam penelitian ini, Robert Hefner dan Nancy
Smith-Hefner menggunakan epistemologi berupa historisme. Dapat kita lihat ciri dari historisme adalah membahas kejadian dimasa kini dengan
membandingkannya dengan masa lalu, yang di tandai dengan adanya angka tahun.
Metode yang dipakai dalam penelitian
tersebut adalah metode etnografi,
dimana peneliti melakukan pendekatan terhadap masyarakat suku bangsa Tengger
dan meneliti secara langsung maupun tidak langsung, langsung dalam hal ini
berdasarkan penyelidikan pada masyarakat secara langsung dan tak langsung dalam
hal ini berarti menggunakan literatur dan tulisan-tulisan orang lain.
Pendekatan
yang dipakai oleh Robert Hefner dan Nancy Smith-Hefner dalam penelitiannya
tentang geger tengger adalah menggunakan pendekatan
holistik, yaitu dengan perhatian kepada segala aspek, mulai dari sosial,
keagamaan, ekonomi dan hubungan masyarakat tengger dengan lingkungan
sekitarnya. Pendekatan lain yang di pakai adalah menggunakan pendekatan oral history, dimana
melakukan peneluasuran dengan cara mencari bukti-bukti sejarah dari tutur kata
para masyarakat Tengger. Selain kedua pendekatan tersebut, peneliti juga
menggunakan pendekatan ekonomi
konvensional. Namun pendekatan yang saya pakai untuk mengkaji materi ini
lebih pada pendekatan ekonomi konvensional.
Permasalahan
yang saya angkat dari buku “Geger Tengger” adalah mengenai konsep perubahan struktur ekonomi. Dimana dalam kasus tersebut
adalah termasuk bentuk klaim penulis terhadap tulisannya, sehingga pembahasan
tersebut menjadi ciri tersendiri dalam kajian ini. Di dalam pembahasanya
mengenai perubahan struktur ekonomi pada masyarakat suku bangsa Tengger adalah menelaah
pada masa lampau, tepatnya berawal dari masa kolonial yang terjadi di Indonesia
pada saat itu. Dimulai pada abad XVIII M dan XIX M, pemerintah kolonial
melancarkan perubahan perekonomian Jawa dan pegunungan Tengger masuk dalam
jaringan usaha perkebunan yang meluas keseluruh pulau.
Ekspansi
eropa ini bukanlah hasil dari “penetrasi kapitalis” dengan kekuatan dari dalam.
Bukan pula, seperti yang dikemukakan oleh kapitalisme modern, yang mana
berdampak pada kapitalisme atas kelas dan masyarakat yang secara struktural
mirip dengan yang ada di Eropa Barat (Frank 1969;Wallerstein 1974).
Dimana
setelah terjadi perpindahan kekuasaan dari masa Orde Lama menuju Orde Baru.
Terjadi sebuah pembangunan ekonomi besar-besaran oleh rezim penguasa pada masa
itu. Dimana fasilitas dan akses dalam bidang ekonomi sedang gencar-gencarnya di
bangun oleh pemerintahan saat itu. Sehingga memaksa masyarakat Jawa gunung
seperti halnya suku bangsa Tengger untuk ikut terlibat dalam pembangunan
tersebut. Dengan masuknya akses ekonomi seperti halnya jalan menuju Tengger,
maka mulai masuklah pengaruh-pengaruh masyarakat asing dalam kearifan lokal
masyarakat Tengger.Sehingga seolah masyarakat Tengger tenggelam dalam pasaran
dan seperti disuguhi berbagai kenyaman produk barang dari luar. Dengan kasus
tersebut, analisis saya berangkat dari pendekatan ekonomi konvensional, yaitu:
disini
ditekankan bahwa individu merumuskan dan menafsirkan berbagai kebutuhannya
dalam rangka interaksinya dengan orang lain di sekelilingnya, bukan dengan cara
introspeksi menyendiri model ekonomi neoklasik dimana konsumen dianggap sebagai
“raja” (Scitovsky 1976; Bourdieu 1977,177).
Seiring
dengan bergulirnya masa Orde Baru, maka kemakmuran yang sempat dirasakan oleh
masyarakat Tengger.yang dahulunya mereka selalu mendapat bantuan pupuk dan
bibit dari pemerintah, kini mereka harus mengelola dengan modal swasta. Oleh
karena itu, kini pertanian di tengger di monopoli oleh mereka yang kaya.
Sehingga terjadi pengkatagorian masyarakat Tengger berdasarkan kelas-kelas dan
juga memperlebar jurang antara yang kaya dan miskin.
Jawaban
dari permasalahan tersebut menurut Roberf Hefner adalah dengan mencari
referensi sosial yang masing-masing dapat digunakan untuk mempengaruhi hubungan
antar kelompok dalam masyarakat, serta sejarah moral dan politik yang
dikandungnya. Sehingga dengan semua itu, maka lahirlah sebuah komitmen bersama
dalam masyarakat untuk menghadapi perubahan ekonomi. Komitmen sangatlah
penting, karena komitmen dapat terlahir bentuk-bentuk kepuasan bersama.Setelah
adanya komitmen yang kuat, maka diharapkan berkurangnya jarak dalam status
ekonomi di masyarakat Tengger.
Retorik atau permainan
kata
dalam karya ini sangatlah baik, karena pada setiap ada kata-kata asing maka
penulis akan melampirkan arti atau maksud dari kata-kata tersebut. Sehingga
dalam setiap tulisannya dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Organisasi tekstual
dalam buku Geger Tengger ini sangat sesuai dan berurutan. Pertama penulis memberikan
pengenalan dian menjelaskan teori yang dipakai dalam pembahasannya dan barulah
penulis kemudian membahas tentang permasalahan dalam suku bangsa Tengger. Dalam
pembahasannya tentang suku Tengger, penulis juga menjelaskannya dengan sangat
sesuai, sebab membahas mulai dari suku bangsa Tengger pada masa lampau hingga
yang telah berkembang.
Rujukan: Hefner,
Robert W .1999 Geger Tengger: Perubahan Masyarakat Sosial.Yogyakarta. LKiS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar